Nama Sugeng mulai
mencuat ketika naik ke panggung D'Academy 4 atau Dangdut Academy 4. Saat itu
pula, berita-berita tentang Sugeng juga sudah menyebar ke penjuru Kabupaten
Situbondo, baik melalui media online, media cetak, media sosial, media
komunikasi, tutur tinular dsb. Bagi yang tidak sempat nonton Sugeng D’Academy
4, ada yang menyusul untuk nonton ulang di youtube.
Dengan mengikuti
kompetisi D’Academy, Sugeng mendapat banyak respon yang positif dari
masyarakat. Ajakan untuk mendukung Sugeng melalui SMS terpampang di berbagai
titik jalan raya. Tagline-nya “Salam cekka’ e ate”. Antusias masyarakat sangat
tinggi untuk mendukung Sugeng. Beberapa element masyarakat atau komunitas
banyak menggalang dana secara kreatif. Mulai dari fotografi, teater, musik dsb.
Ini yang membuat saya bangga, solidaritas warga
Situbondo patut
diacungi jempol.
Dulu di tahun 2005,
Yuli Asiska juga ikut ambil bagian dalam KDI 2 atau Kontes
Dangdut TPI 2 (Sekarang Kontes Dangdut Indonesia tayang di MNCTV). Waktu itu
Indosiar juga punya program serupa, Kondang-In atau Kontes Dangdut Indosiar
(Sekarang Dangdut Academy). Kondang-In kalah pamor waktu itu ke KDI.
Yuli Asiska saat itu
mempunyai ciri khas rockdut-nya. Saya masih ingat
ketika menyanyikan lagu The Final Countdown, penampilannya sangat memukau. Ia
hanya bertahan di babak 5 besar. Perolehan SMS-nya kalah dengan Gita, Genta,
Ekabima dan Adi. Pada waktu itu, saya masih menginjak SMA, sering nonton di tetangga.
TV, Media sosial, media komunikasi, website tidak begitu banyak seperti
sekarang. Saat itu masih zamannya mIRC. Jadi perbincangan dan pemberitaan tidak
seramai seperti era Sugeng.
Dengan adanya
putra Situbondo yang ikut ambil bagian di bidang kontes dangdut seperti
D’Academy, tidaklah mengherankan. Sebab Situbondo mempunyai sejarah identitas
dangdut tersendiri yang lebih dekat dengan masyarakat sekitar.
Kalau kita menyimak
buku Dangdut Madura Situbondo karya Panakajaya Hidayatullah yang insyaallah
akan terbit bulan April 2017, bahwa cikal bakal lahirnya dangdut Madura ya di Situbondo.
Secara kronologis sejak 1960-an diawali munculnya
seni pertunjukan Al Badar yang diiringi musik. Beberapa musiknya ada yang
mengadaptasi dari lagu India dan original. Al Badar pernah jaya pada tahun 1960
- 1980-an. Dan juga menginspirasi munculnya komunitas musik lainnya. Lagu
peninggalan Al Badar yang melegenda sampai saat ini adalah Sello' Soca Mera
karya Asmuri Raffi. Dalam album lagu dangdut Le’ Marni juga ada yang meng-cover
lagu-lagunya Al Badar, seperti Ta’ Aromasa, Ta’ Nyangka dll.
Buku karya Mas Jaya ini merupakan temuan yang luar bisa untuk mengenal identitas dan potensi
Situbondo.
Jika ada yang penasaran, silahkan bisa diorder ke Mas Panakajaya Hidayatullah
(facebook). Saya rasa, jika sudah cetak buku ini sangat cocok untuk dikenalkan
oleh Sugeng atau dijadikan cindramata di pentas D’Academy 4 dari pada urusan
perut.
Dangut Situbondo saat
ini sudah menurun. Penyebab utama adalah pembajakan dan kurangnya apresiasi. Karya-karya
sekarang tidak sepesat dulu. Seperti kata Mas Irwan Kurniadi album Yatim Piatu, Perdana Record mencapai 70.000 copy pada tahun 2004.
Dengan adanya Sugeng tampil di D’Academy semoga
menjadi semangat baru bagi Situbondo terutama seniman atau pegiat musik
lainnya. Tidak hanya di bidang vokal tapi juga lewat pengkaryaan lagu-lagu yang
dekat dengan Situbondo sendiri.
D’Academy, bisa dibilang ajang
pencari bakat atau salah satu pelestari budaya dangdut Indonesia. Meskipun tidak menjamin kesuksesan masa depan pesertanya. Akan tetapi ajang pencari bakat semacam D’Academy, mampu membuat
seseorang terkenal atau sukses secara instan baik secara lokal maupun nasional.
Beberapa waktu lalu, saya sempat galang dana dengan ngamen bersama teman-teman
untuk kegiatan Festival Kampung Langai, kebetulan waktu itu kami sempat ajak
Boby Berliandika mantan X-Factor untuk jadi vokalis. Orang-orang yang kami
hampiri sempat kaget karena ada Boby, bahkan jadi perhatian orang-orang,
adapula setelah menyumbang langsung ajak Boby buat foto bareng Semua itu karena
Boby pernah menjadi peserta X-Factor serupa D’Academy.
Rasanya
media Indosiar kurang bijaksana jika pemirsa sebagai pemilihan kompetisi
melalui polling SMS. Seolah peserta yang terus masuk ke babak berikutnya bukan
sesuai kemampuan peserta itu sendiri, melaikan uang yang berbicara. Apalagi
proses mendukung melalui SMS bukan satu nomor satu voting, boleh berulang-ulang.
Jadi jika poling itu rendah, Sugeng akan tereleminasi. Sampai saat ini, sudah
berapa ratus juta yang sudah keluar untuk mendukung Sugeng? Semakin Sugeng
dekat dengan final, semakin banyak pula uang yang dibutuhkan dari sebelumnya.
Terus terang, saya
tidak tahu suara yang seperti apa yang diharapakan oleh D’Academy? Cengkoknya,
rock-nya, serak-serak basah, mana yang baik meng-cover lagu-lagu orang atau
gimana? Memang sengaja waktu untuk acara ini sangat panjang, semuanya hanya
untuk mengulur waktu supaya SMS dukungan terus masuk. Anggap satu malam semua
pendukung peserta mencapai 100.000 voting, kali Rp. 2.200, jadi uang yang
keluar sudah 220 juta. D’Academy juga pandai sewaktu-waktu membuat suasana inspiratif,
dramatis, misal dipertemukan dengan kedua orang tua, mengangkat kisah-kisah
haru lainnya.
Banyak pelaku-pelaku,
seniman Situbondo butuh dukungan, akan tetapi semuanya lebih fokus apa yang
masuk TV. Di sekitar kita padahal juga banyak yang lebih butuh. Kenapa nggak
bersatu saja, galang dana untuk memajukan lagi industri musik untuk berkarya
lagi. Saat ini Situbondo tetap masuk kabupaten tertinggal menurut Peraturan
Presiden (perpres) Nomor 131/2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun
2015–2019. Terus terang, saat ini kita telah kalah sama lagu-lagu luar, kita
telah terjajah lagu Banyuwangi, lagu Pulau Madura dll.
Walau bagaimanapun,
Sugeng dan D’Academy 4 sudah mendapat hati tersendiri bagi masyarakat. Sudah menjadi
acara yang banyak ditunggu ketika malam masih dini. Apalagi masyarakat merasa
terhibur dengan acara ini, bahagia, lucu, bikin tentram dari pada menonton
acara-acara lainnya seperti berita kasus-kasus, pertengkaran yang saat ini tak
kunjung selesai. Sekali-kali masyarakat harus bahagia dong! Lebih keren lagi
kalau nonton D’Academy disertai joget-joget.
Apakah nantinya
Sugeng tereliminasi atau sampai di final? Ia akan tetap menjadi artis, tokoh
panutan di Situbondo. Bolehlah, kesuksesan Sugeng di apresiasi masyarakat
sekitar untuk diangkat menjadi Kepala Desa. Kira-kira apa yang menjadi potensi
di desanya dikembangkan bersama. Anggap saja uji coba.
Saya hanya bisa
berdoa, semoga Sugeng tambah sukses di Situbondo dan menginspirasi masyarakatnya untuk berkarya. Masuk 10 besar, menjadi prestasi yang baik. Saya yakin, Sugeng mempunyai niat,
motivasi, memajukan, membawa nama baik Kabupaten Situbondo. Kalau Evi Masamba, mempunyai
salah satu motivasi ikut D’Academy 2 untuk mencari ibu. Saya ingin juga jadi
penyanyi. Sayangnya suara saya jelek, jika bagus bisa saja saya ikut D’Academy dengan
motivasi untuk menemukan mantan.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar