Edisi 11 Februari 2017
PEGIAT sejarah ujung timur Pulau Jawa mendeklarasikan Komunitas Pegiat
Sejarah Tapal Kuda, Minggu (5/2/2017) di Situs Duplang, Desa Kamal,
Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember.
Saat matahari
masih mengintip di balik pohon, karpet sudah disiapkan. Aneka penganan rebus,
dari ubi ungu, singkong, pisang, aneka buah, dan air disiapkan panitia.
Peserta mulai
berdatangan sambil mengisi absen, saling berkenalan, ngobrol santai, ada pula
beberapa keamanan dari masyarakat maupun polisi bertugas di sana.
Dihadiri
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember beserta instansi pemerintah
terkait, beberapa dosen sejarah dan delegasi dari komunitas pegiat sejarah dari
Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember dan Lumajang.
Hari Wijayadi,
Kepala Disparbud Jember mengatakan, banyak situs yang perlu digali. Ke depannya
semoga banyak yang lebih perhatian pada Jember.
Dengan adanya
perda baru, menjadi penyemangat untuk saling bersinergi membangun situs
sejarah, harapnya.
Menjelang
siang, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh perwakilan kota,
diteruskan dengan orasi sejarah dan pembacaan deklarasi bersama dengan tema
Bersatu Tekad Melakukan Perjuangan Bersama untuk Melindungi Aset Sejarah
se-wilayah Tapal Kuda dalam sembilan butir kesepakatan demi terjaganya aset
budaya Indonesia khususnya di timur Jawa.
Peserta
kemudian bersama-sama melihat tiga situs peninggalan masa megalitikum, yakni
kuburan batu, menhir atau batu tegak yang digunakan sebagai benda pemujaan
terhadap arwah leluhur, dan batu kenong, berupa batu persembahan
kepada arwah atau roh leluhur.
Situs batu ini
ditata secara rapi dalam lahan sekitar 10x10 meter dengan menggunakan pagar
gedung, di atasnya terdapat tali kawat berjajar. Di dalamnya terdapat tanaman
hias, pohon yang membuat tempat ini menjadi teduh.
Di sekitar
situs Duplang saat ini banyak pepohonan, persawahan, sungai kecil yang jernih,
dan tempat salat.
Kegiatan
berikutnya dilanjut dengan makan nasi tumpeng bersama. Pada acara inti
sekaligus acara terakhir, diskusi sejarah masa kerajaan hingga kolonial
khususnya di bagian timur.
Masing-masing
perwakilan kota saling memberikan argumen terkait informasi yang dibutuhkan
dalam diskusi. Mereka sadar akan pentingnya aset dan pengetahuan sejarah untuk
diwariskan kepada generasi muda.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar