![]() |
pixabay |
Pernahkah kalian melingkarkan sebuah cincin di jari manis seorang
kekasih?
Siang yang cerah, cuaca gerah, awan sedikit
menggantung. Hari itu bertepatan pada tanggal 4 April 2018. Kami singgah di kediaman Pak Asmuri di Desa Tanjung Pecinan, Kecamatan Mangaran,
Kabupaten Situbondo.
Di ruang tamu, terdapat foto wisuda anak Pak Asmuri, sebuah topi, kalender, foto Nahdlatul Ulama’,
foto pengasuh Pondok Pesantren Sukorejo semua periode, menghiasi dinding. Di
meja terdapat asbak, kacamata. Saya duduk di sofa sederhana.
Di sebelah kiri saya ada Mas Hero, sebelah
kanan ada Mas Ismail dan Cak Zaidi. Anak lelaki Pak Asmuri juga menemani kehadiran
kami.
Seperti yang saya ketahui, Pak Asmuri adalah
pencipta lagu Sello’ Soca Mera, lagu
Madura legendaris. Dinyanyikan oleh S. Pandi feat Asmi Utami, di youtube juga
banyak yang cover lagu itu. Dan kali ini saya bisa berbincang-bincang dengan
beliau untuk pertama kalinya.
Pak Asmuri masuk ke dalam rumah, tak lama lagi keluar
dengan membawa kipas. Mungkin Pak Asmuri menyadari kalau siang itu cuaca panas
turut menyelinap ke ruang tamu. Tak lupa pula kami di suguhkan es cao rabhet.
Pada mulanya kami banyak mengobrol dengan
anaknya. Sementara Pak Asmuri hanya menyimak saja. Pada akhirnya Pak Asmuri pun
berbicara, seolah baru saja mengumpulkan kenangan di masa lalu. Pak Asmuri
bercerita tentang banyak hal. Kadang menggunakan bahasa indonesia, kadang
bahasa madura.
Semasa muda, Pak Asmuri menjadi bagian
penting dalam rombongan seni pertunjukan Al Badar pada tahun 1960-an. Ia juga
sering menciptakan lagu-lagu dangdut berbahasa madura. Lagu-lagu yang ia
ciptakan banyak terinspirasi dari film-film india, lagu-lagu Sinar Kemala, Ida
Laila dan Roma Irama serta pengalaman pribadi.
Pak Asmuri pernah diajak Imam S. Arifin ke
Jakarta, akan tetapi ia menolak. Sebab ia Mempunyai kewajiban membina santri di
kediamannya.
Sembari menyimak banyak cerita dari Pak
Asmuri, kami menyalakan rokok.
Saya melirik Ahmad Zaidi, dari gelagat wajahnya,
seperti ingin menanyakan sesuatu perihal apa yang diceritakan Pak Asmuri. Saya
pikir Zaidi tertarik untuk menanyakan cerita di balik lagu Sello’ soca mera, menurut saya itu mirip dengan kisah cinta Zaidi.
Tanpa pikir panjang, saya pun bertanya
perihal kisah di balik sello’ soca mera,
mungkin Ahmad Zaidi akan senang mendengarnya.
“Carètana sello’ soca mèra bârèmma ghânika, Pak?”
Sello’ soca mera diangkat dari kisah nyata. Berkisah tentang seorang pemuda, anggap saja
namanya Saydi, ia tinggal di Situbondo. Saydi menjalin hubungan asmara dengan
seorang perempuan, anggap saja namanya Klarita. Ia tinggal di Jember.
Dibilang gak punya pasangan, tapi seperti
sudah tunangan, dibilang tunangan tapi belum dilamar ke orang tuanya. Mungkin
sepasang kekasih itu hanya bertukar cincin meski tidak terikat pertunangan.
Suatu hari Saydi mendengar kabar bahwa
apabila Saydi menjalin hubungan dengan keluarga Klarita akan ada macannya,
maksudnya salah satu keluarga ada yang tidak beres. Saydi mempercayai itu dan tentu
saja ia sedih. Jadi Saydi memilih tidak meneruskan hubungannya dengan Klarita.
Atau jika dilanjutkan hingga menjadi suami istri, diyakini akan bisa berpisah, maka
dari itu lebih baik berpisah lebih dulu sebelum petaka yang mungkin lebih
menyakitkan akan datang.
Dan keduanya hanya bisa saling sambung doa. Mendoakan
yang terbaik.
Kurang lebih selama tiga tahun sebelum kisah
ini ditulis oleh saya. Potongan kisah selanjutnya ialah Saydi bertemu kembali
dengan Klarita. Keduanya saling menanyakan kabar. Saydi sudah mempunyai dua
anak. Ia hidup sederhana bersama istrinya. Sementara Klarita pernah mengandung
11 kali, tapi yang selamat hanya tiga anak. Dan suaminya tinggal saat itu
tinggal di Bali.
Saat ini Pak Asmuri masih menekuni sebagai
guru ngaji, sesekali ia diajak warga sekitar untuk menyanyi, ia bersedia akan
tetapi dengan lagu-lagu islami. Penglihatan Pak Asmuri juga mulai berkurang,
mungkin faktor usia. Pak Asmuri juga mengingatkan kami untuk ingat usia, sebab
kita tahu kapan akan mati. Jadi intinya, selalu melakukan yang terbaik dalam
kehidupan ini.
Banyak hal yang Pak Asmuri lewati sewaktu muda.
Pengalaman-pengalaman dalam seni, dangdut, serta kisah perjalan dan cintanya.
Ia mengatakan, semuanya tinggal kenangan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar