Saya tidak banyak terlibat di acara Festival Kampung
Langai 3, kebetulan saya dihadapkan pada kewajiban-kewajiban yang rumit terlebih
urusan perasaan. Jadi, waktu saya banyak tersita. Tapi saya cukup beruntung
bisa menikmati suguhan pertunjukan Festival Kampung Langai 1 – 3. Semoga yang
keempat bisa menonton dengan pacar. Amin.
“Kembali ke Kampung”, merupakan tema yang diusung dalam
kegiatan Festival Kampung Langai. Festival edisi ke 3 digelar dua hari yaitu pada
tanggal 5 – 6 Agusutus 2016 lalu, di Dusun Langai, Desa Sumberkolak Kabupaten
Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Hajatan ketiga ini dibuka Jumat (5/8/2016) dengan
selametan desa dipimpin tetua desa, Mbah Naimatullah, yang konon berusia 113 tahun. Dilanjutkan dengan sarasehan
budaya untuk tukar ilmu dan pengalaman. Baru pada pukul 19.00 WIB pertunjukan
pun dimulai, begitu juga dengan esoknya.
Festival Kampung Langai adalah mimpi dan harapan pegiat
seni Situbondo untuk menciptakan ruang kreasi untuk saling mendukung dan diapresiasi.
Festival Kampung Langai 3 ini merupakan sebuah pencapaian yang luar bisa. Awal
terbentuknya Festival Kampung Langai bisa baca di sini.
%%%
Ajang kreasi seni tahunan ini melibatkan beberapa
komunitas, seniman, budayawan dan pegiat-pegiat lainnya. Mereka menyatukan
pemikiran dalam rasa yang sama yaitu berkarya dengan bergotong royong, saling
melengkapi, dan berkontribusi sesuai bidang dan kemampuan masing-masing.
Festival Kampung Langai bukanlah sebuah ajang kompetisi.
Yang mana sebuah kompetensi kebanyakan termotivasi dan terambisi mengejar juara
atau komersil. Siapa yang jaura dialah yang hebat. Lalu yang kalah dibiarkan. Jadi
kehadiran festival ini bisa dibilang saling bangkitkan motiivasi lewat cara
lain dan menciptakan keluarga baru. Bagi saya sebuah karya seni tentang
bagaimana menghargai karyanya. Terlebih menjaga, mendukung serta ikut melestarikannya,
jika bisa.
Secara pribadi, saya mengucapkan selamat kepada pendukung
serta donatur atas terlaksananya Festival Kampung Langai 3. Terutama kepada
panitia yang telah berjuang keras menyumbangkan pikiran, tenaga, materi dan
waktu. Saya tidak bisa membayangkan kelelahan, kegalauan, masalah yang
dihadapi, mencari solusi, meskipun tak sesulit urusan hati. Mungkin.
“Meskipun banyak kendala tapi teman-teman bisa mengatasi,”
ujar Deni ketua panitia. Sepertinya kegiatan ini mempunyai sejarah panjang yang
menyimpan api semangat yang di dalamnya terdapat keringat-keringat kenangan.
Mungkin
saat ini kita mulai jauh,
Bermesrah
dengan kewajiban masing-masing
Di
sela-sela itu
Biarlah
rindu yang mempertemukan.
Berbicara soal dana, mereka tidak punya. Dengan
terbatasnya dana, mereka dituntut untuk lebih kreatif. Saya sangat terharu
ketika melihat video yang ditampilkan dalam layar ketika acara sedang
berlangsung. Bagaimana ia mencari dana dengan mengamen, menggali tanah, pasang
properti, makan bersama, dan lain-lainya. Terlebih kepada seksi konsumsi yang
telah membuat perut pekerja bisa berjalan. Luar biasa.
Fastival Kampung Langai digelar di tempat terbuka. Instalasi
pentas tidak menggunakan panggung, hanya beralaskan karpet. Menjadikan tumbuh-tumbuhan
sebagai background dan bambu yang
ditancap secara sejajar yang bertulisan“Kampung Langai” yang terbuat dari
jerami. Kemudian area ini dikelilingi pagar yang terbuat dari bambu. Penggunaan
lighting juga sangat sederhana. Di
samping kanan, kiri dan depan area terdapat pasar tradisional yang rapi.
Sedangkan di tengah tempat pameran lukisan dan foto-foto. Secara keseluruhan
area festival sangat luar biasa dan artistik.
Begitu pula performance,
mereka yang tampil begitu bersemngat. Bahkan mereka rela mengelurakan biaya
sendiri untuk perlengkapannya. Antusias dari luar kota juga luar biasa. Seperti
pegiat seni dari Jember, Malang, Tulungagung dan Kalimantan.
“Saya datang ke sini tidak mendapat uang sepeser pun.
Saya hanya berbagi ilmu, menghibur masyarat. Harapannya bapak-bapak, ibu-ibu
untuk terus mendukung, megapresiasi Festival Kampung Langai,” pesan Argo, seniman
muda asal Kalimantan kepada penonton.
Selanjutnya kegiatan ini didokumentasi oleh teman-teman
jaringan yang memang ikut di kegiatan ini. Baik videography dan photography.
Mereka bersusah payah mondar mandir untuk mendapatkan hasil yang baik. Hasilnya
pun di-edit sendiri sehingga menjadi
sebuah karya yang nantinya juga dapat dinikmati oleh orang banyak yang jauh
atau tidak sempat menonton.
Di era yang semakin canggih, kadang membuat kita
individualis. Lewat momen ini kita bisa bersuka ria, berbaur menjadi satu. Seperti
dalam lirik Jingle Kampung Langai. Festival Kampung Langai bangkitkan gotong
royong dan silaturrahmi, selain itu juga
sharing pengetahuan yang paling
penting saling mengenal satu sama lain. Sehingga setelah acara selesai hubungan
mereka masih terjalain dan tentu akan menambah banyak teman. Sehingga jika
seandainya ada info atau job kegiatan bisa saling mengabarkan.
Acara yang digelar memang sangat sederhana tapi istimewa.
Benar-benar memanfaatkan dana sebaik-baiknya tanpa banyak dana yang terhambur
secara percuma. Seperti halnya promosi. Yaitu memanfaatkan media sosial. Sebab
dengan media ini info tersebar ke mana-mana. Dampaknya ialah bagi yang
mendengat info kegiatan ini akan bertutur kepada sahabat atau saudara sehingga
info tersebar begitu luas. Tak perlu pasang banner besar di jalan-jalan yang
nantinya dana terbuang secara percuma. Terbukti banyak penonton yang memadati
pertunjukan.
Secara keseluruhan Festival kampung Langai merangkul
semua jenis seni; musik/vokal, rupa, gerak/tari, teater/drama, rupa, dan
sastra. Baik modern maupun tradisional. Yang paling penting juga menggerakkan
warga sekitar. Mereka mencoba sesuatu dengan hal yang berbeda.
Pemerintah sekarang sudah mengajak masyarat dan ingin menjadikan
Situbondo menjadi smart city. Bagi
saya, Festival Kampung Langai 3 sudah menjalankannya.
$$$
Saya berharap akan ada Festival Kampung Langai 4 yang
digelar selama 3 hari. Sebab setelah saya amati dari Festival 1, 2 dan 3,
komunitas yang tergabung dalam kegiatan ini semakin bertambah. Dan acaranya pun
juga tambah keren. Harapan lain ialah Kampung Langai mempunya management khusus. Yang nantinya juga
ikut membantu promosi komunitas yang lain. Jika nantinya ada yang butuh
pertujukan, misalnya teater, maka tinggal panggil komunitas teater yang
bersangkutan. Jika memang ada anggaran, sebagian persen bisa disumbangkan pada
kas Kampung Langai, besarnya tergantung kesepakatan. Tapi saran ini abaikan
saja.
Biasanya acara-acara besar jarang digelar di
perkampungan. Kebanyakan digelar di tempat yang mudah dikunjungi dan ramai.
Seperti alun-alun, GOR, tempat wisata dan lain-lain. Jadi kebanyakan yang
nonton didominasi oleh-oleh kaum muda. Pesta seni Kampung Langai dapat
dinikmati semua golongan. Baik anak-anak hingga kakek-nenek. Untuk jomblo pun
juga boleh, yang penting happy.
Begitu juga buat yang pacaran, Kampung Langai boleh menjadi setting kenangan dalam kisah cintanya. Selain
itu, festival boleh dijadikan sebagai tempat untuk mengenal derah yang
terpencil. Anggap saja wisata kampung.
Yang saya amati dari Festival ini tidak ada kegiatan
ricuh yang menyebabkan perkelahian dari penonton. Penonton dudu begitu tenang,
jarak dengan panggung tak ada batas, sehingga benar-benar menikmati apa yang
akan disampaikan dalam pertunjukan. Intinya damai. Bahkan di penghujung acara
juga melibatkan penonton menari bersama, Jingle Kampung Langai.
Dengan adanya kegiatan ini tentu akan memunculkan
semangat baru untuk berkarya lebih giat kedepannya terutama bagi masyarakat Situbondo. Bukan tidak mungkin
Festival Kampung Langai menjadi pesta seni dan aset besar yang mempunyai banyak
arti bagi penikmat dan warga Situbondo, khususnya warga sekitar serta merangkul
semua komunitas di Situbondo.
Dalam tema pertunjukan ini saya dapat belajar introspeksi
diri untuk selalu ingat, syukur-syukur ikut memajukan kampung saya sendiri yang
butuh sentuhan bahkan kadang kerap dilupakan. Jadi kegiatan ini memotivasi saya.
Apa yang ingin saya berikan untuk kampung saya? Sebab, kampung bukanlah hanya
tempat tinggal dan kotoran hewan. Di sanalah kehidupan yang sejati. Mungkin
seperti itu pesan yang saya dapatkan dari pertunjukan Festival Kampung Langai.
“Pulanglah, Nak! Pulang, pulang,” kutipan dari salah satu
penampilan teater.
Dari Kegiatan Festival kampung Langai, saya dapat
mengetahui, bahwa Situbondo mempunyai begitu banyak potensi dari benih-benih
bakat anak muda. Mereka mempunya semangat, kepedulian dan percaya bahwa
Situbondo juga bisa berkreasi.
Ketika foto-foto kegiatan banyak yang diunggah ke media
sosial, banyak yang tanya-tanya tentang kegiatan itu, ada yang ingin bergabung,
ada pula yang menyesal karena tidak menonton, padahal ia sudah tahu infonya.
Dan ada seseorang yang marah-marah dan kesel pada saya. Sebab, dia tidak diajak
nonton oleh saya. Itu adalah seseorang perempuan yang pernah mengisi hati saya
waktu dulu.
Sekian, sampai jumpa di Festival Kampung Langai 4. []
Sumber foto Wahyu Widiyarmovic
Tidak ada komentar:
Posting Komentar