Saya
termasuk orang yang pernah hidup di zaman 90-an. Jika bertemu sahabat-sahabat
yang seumuran, teman bermain waktu kecil lalu bernostalgia tentang cerita masa
kanak-kanak. Mereka mengatakan era itu adalah yang menyenangkan dengan
membandingkan dengan era sekarang yang serba gadget.
Dengan
segala permainan yang dekat dengan alam, memanfaatkan daur ulang, dan kebersamaan,
mereka merasa bahagia ketika terjebak dalam rindu dan kenangan masa kanak-kanak.
Saya
pun begitu. Saya juga merindukan permain-permainan waktu kecil. Jarang sekali
di zaman sekarang yang saya temui (2016) seperti dulu. Misalnya; kelereng,
lalat buta, benteng, petak umpet, dsb.
Dengan
cara berpikir, pola hidup yang berbeda. Terlebih dengan kemajuan IPTEK, tentu
sangat mempengaruhi kebudayaan di sekitar kita. Maka kita dituntut untuk lebih
produktif dan kreatif termasuk permainan-permainan anak. Akan tetapi permainan
sekarang lebih dipengaruhi dari budaya luar, kebanyakan bukan diciptakan oleh
anak-anak sekarang ini.
Seperti
halnya dalam tidaktampan. Salahnya satu teman saya, Yudik menceritakan tentang
kerinduannya pada patrol yang sekarang nyaris berkurang. Bahkan Yudik ketika
patrol sering mencuri mangga sampai ketahuan pemiliknya. Tapi di usia dewasa
sudah tidak lagi, mungkin gemarnya mencuri hati sampai ke Probolinggo.
Sedangkan
di rumah saya mulai tergantingan patrol dengan naik truck, pick-up hanya
segelintir saja yang berjalan kaki itu pun jarang terlihat bahkan sekarang
banyak bermodal sound system dengan lagu-lagu mp3.
Mengapa
Permainan Masa Kecil Begitu Menyenangkan? Barangkali waktu kecil kita belum
mengenal yang namanya cinta. Mereka tidak mengenal sakit hati. Misalnya jika
Yudik bertengkar dengan temannya, mereka akan mudah baikan. Tapi jika sekarang Yudik
bertengkar dengan Nyonya N, beda lagi.
Contoh
lain, jika teman saya, Zaidi waktu kecil di olok-olok atau ecokoco dengan perempuan, mereka malu-malu kucing. Jika ingat masa itu
ia terlihat bahagia dan ketawa waktu bercerita sama saya. Berbeda jika sudah
dewasa, sudah masuk kedunia perasaan. Jika Zaidi sudah diolok-olok dengan Nyonya
V, dia ragu-ragu, gelisah, diam dan memilih menahannya, tapi main di balik
layar.
Waktu
kecil kita hanya mengenal bermain, memiliki beban hidup yang ringan. Berbeda
ketika sudah beranjak dewasa. Mulai menghadapi tantangan hidup yang begitu
keras. Biaya hidup ditanggung sendiri. Terlebih ketika sudah berkeluarga.
Banyak kebutuhan yang kadang kurang terpenuhi, sehingga sering berhadapan
dengan masalah atau konflik. Itu sebabnya mengapa masa kecil itu indah.
Apabila
dihadapkan dengan soal perasaan. Seakan semuanya menjadi rumit. Bagaimana di
era dewasa lebih mengalami yang namanya kehilangan; harapan, semangat, termasuk
kekasih. Karena kita masih sulit belajar menerima. Permasalah-permasalahan
seperti itu dapat kita lihat dari lagu Ira Faramesti “Tatandung”, lagu kona “Tak Nyangka” sekarang dipopulerkan
lagi oleh Yani Oktavia, Laskar Pro dan lagu-lagu lainnya. Barangkali seperti
itu permasalahan-permasalahan yang sering terjadi.
Semasa
kecil tidak mengenal itu. Hanya mengenal aneka permainan bersama kawan-kawan. Kalau
sudah dewasa malah sering dimainkan dunia terutama perasaan.
Jadi,
apakah anak-anak zaman sekarang bahagia dengan permainan mereka? Jawabannya, iya. Apa pun permainannya semuanya sama. Hanya saja mungkin permainan era 90-an
lebih kreatif. Kelak ketika anak-anak di zaman sekarang sudah dewasa, mungkin
mereka juga akan mengatakan permainan masa kecilnya sangat indah. Sebenarnya
bukan masalah permainannya. Tapi masa kecil, ketika itu hati belum terpatahkan
oleh siapa pun.
wildboardesign.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar